Dalam rangkaian Dies Natalis ke-71 Universitas HKBP Nommensen sekaligus memperingati HUT ke-164 Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Yayasan Universitas HKBP Nommensen bersama sivitas akademika UHN melaksanakan kegiatan Napak Tilas ke Salib Kasih Tarutung dan kunjungan ke Huta Dame, Selasa (30/9/2025).
Kegiatan ini diikuti oleh segenap jajaran Pengurus dan Pengawas Yayasan Universitas HKBP Nommensen, jajaran pimpinan Universitas Universitas HKBP Nommensen Medan, Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar, SMA Kampus Pematangsaintar, dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, serta perwakilan gereja dan masyarakat. Rombongan berangkat bersama menuju Salib Kasih Tarutung, sebuah monumen iman yang didirikan di Puncak Siatas Barita untuk mengenang perjuangan misionaris asal Jerman, Ingwer Ludwig Nommensen.
Keberhasilan Nommensen bukan hanya dalam penyebaran Injil, tetapi juga dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan pembangunan sosial. Ia mendirikan sekolah, mendorong masyarakat belajar menulis, membaca, dan memperkenalkan berbagai keterampilan praktis. Karena dedikasinya yang tulus dan pengaruh besar dalam transformasi masyarakat Batak, ia kemudian dijuluki “Apostel der Batak” atau “Rasul Batak”.
Rangkaian kegiatan diawali dengan ibadah singkat dan doa bersama di area Salib Kasih, dilanjutkan dengan refleksi sejarah. Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Huta Dame, yang menjadi simbol kedamaian dan pusat awal pelayanan Nommensen, di mana rombongan diajak untuk lebih dekat memahami jejak perjuangan dan dedikasi beliau di Tanah Batak.
Huta Dame adalah sebuah perkampungan yang didirikan oleh misionaris asal Jerman, Pendeta Dr. Ingwer Ludwig Nommensen pada tahun 1861. Nama Huta Dame berarti “Kampung Damai” dan didirikan sebagai simbol persatuan dan tempat tinggal bagi orang Batak yang sudah menerima ajaran Kristen.
Pendeta HKBP Huta Dame Pdt.Elpina Manalu menjelaskan sejarah Nommesen datang ke Huta Dame yaitu pada tahun 1864, misionaris Jerman Ludwig Ingwer Nommensen membangun sebuah gereja di Huta Dame, Tarutung, sebagai pusat pelayanan dan penginjilan pertamanya di Tanah Batak, setelah sebelumnya diterima dengan damai oleh para raja dan masyarakat setempat di Lembah Silindung.
“Gereja ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan kesehatan, di mana Nommensen mengajarkan baca tulis, menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Batak Toba, serta memperkenalkan nilai-nilai Injil tanpa menyingkirkan adat Batak. Pendirian gereja di Huta Dame menandai tonggak awal dari perkembangan pesat agama Kristen Protestan di wilayah Tapanuli, dan kelak menjadi cikal bakal berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), salah satu gereja Protestan terbesar di Indonesia,” tutupnya.
Setelah pemaparan mengenai sejarah yang telah disampaikan sebelumnya, kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan souvenir dari kampus Nommensen berupa kaos kepada masyarakat setempat sebagai bentuk apresiasi dan kenang-kenangan.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, Yayasan dan Sivitas Akademika UHN Medan, UHN Pematangsiantar dan SMA Kampus berharap seluruh peserta, khususnya mahasiswa, semakin memahami akar sejarah universitas dan gereja, sekaligus meneladani semangat pengabdian I.L. Nommensen dalam berkarya terutama dalam bidang pendidikan dan melayani masyarakat.